Mataku
memandangi wajahnya lamat-lamat. Selain tatapannya yang semakin teduh dan wajahnya
yang semakin tirus, tak ada lagi yang berubah. Tahi lalat itu masih dengan
nyaman berada di pipi kirinya, mengikuti kemana pun pipi kiri itu ingin tersenyum
dengan indah.
Menjadi
lebih indah lagi karena sejauh mata memandang, hanya ada padang rumput hijau
yang diantaranya terselip bunga-bunga matahari yang berdiri lebih tinggi.
Cahaya mentari sangat akrab menyinari bunga-bunga yang terobsesi dengannya itu.
Nyanyian angin sepoi-sepoi menyamankan telinga, lembut menyentuh kulit, dan
terasa segar bila dihirup dalam-dalam. Hari yang indah ini, tanpa meminta
imbalan apa pun, rela menemani kami berdua yang duduk di atas rerumputan hijau,
diantara bunga-bunga matahari yang berdiri jarang-jarang.
Tak
jelas diingatanku apa yang kami bicarakan saat itu. Yang pasti, kami
membicarakan banyak hal. Tak sabar bercerita apa saja yang sudah terjadi pada
diri kami masing-masing. Kenangan-kenangan yang tak seberapa itu, tiba-tiba
saja menjadi begitu mewah untuk diceritakan. Beberapa hal yang didasari oleh
rasa ingin tahu, mendesak untuk segera ditanyakan.
Setiap
patah kata yang keluar dari mulutku dia simak dengan baik. Aku mengadu apa saja
padanya. Mengatakan bahwa aku mulai terbiasa dengan rutinitas baru ku, lalu aku
mengakui bahwa aku melupakannya dan tak tahu di mana keberadaannya selama ini. Dia
merespon semua ocehanku dengan anggukan dan senyum manisnya. Di saat yang sama,
tiupan angin menyibakkan rambut hitam sebahu yang ia biarkan tergurai. Dia adalah pendengar yang baik.
Setiap
patah kata yang keluar dari mulutnya, bagiku seperti sebuah potongan film bisu.
Yang aku dengar adalah apa yang aku lihat. Senyumnya menandakan dia sedang
bersama kenangan indahnya. Bila matanya sayu dan tatapannya kosong, dia
teringat kenangannya yang pahit. Tawa riangnya membuktikan bahwa dia dapat melihat
masa depan dengan penuh keyakinan.
Tanpa aku duga dia bangkit. Sebentar menatapku yang masih terduduk, lalu tersenyum
melihat wajahku yang kebingungan. Sejurus kemudian dia membalikkan badannya dan
melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dari sini, aku bisa melihat
punggungnya yang tertutup gaun putih yang anggun, perlahan menjauh dari
pandanganku. Hanya dalam hitungan detik, aku sudah tak melihatnya lagi. Dia sudah pergi bersama
padang rumput yang hijau ini, bahkan tak meninggalkan setangkai pun bunga
matahari untukku. Semuanya hilang.
***
Jarum
jam menunjukkan pukul 03:00 WIB. Bersama malam yang hening, suara detik jarum
jam yang terdengar, dan lampu yang temaram, aku memandangi langit-langit kamar
dengan perasaan aneh bergejolak di dalam dada. Persoalannya bukan apa-apa, hanya
saja, mimpi yang barusan aku alami ini mengingatkanku pada kenangan-kenangan
itu—setidaknya sebelum dia meninggalkanku tanpa kabar.
Cerita Fiksi ini pada dasarnya bercerita tentang seseorang yang teringat kembali pada kenangan-kenangannya lewat sebuah mimpi. Selebihnya tentang siapa sosok 'dia' yang hadir di mimpinya, hanya tergantung pada persepsi masing-masing pembaca.
bunga matahri itu keren juga ya kalau dipikir-pikir. bila pagi tiba.. ia mulai disinari oleh sang idola..
BalasHapuskalau malam, idolanya pergi..
HapusSaya baca, saya sakit, mengapa ya? Wah, kayaknya Mas Irsyad menyembunyikan belati di dalam alur kisah ini, ya? :')
BalasHapusSalam kenal,
http://penjajakata.com/
syukurlah, berarti ruh tulisannya tersampaikan. :)
Hapussalam kenal kembali..
syukurlah, berarti ruh tulisannya tersampaikan. :)
BalasHapussalam kenal kembali..
Saya jg lumayan sering ngediksiin diri sendiri
BalasHapuskadang2 bikin ketagihan, haha
Hapusduh ketika sedang berdua melihat pemadangan dan banyak bicara tentang banyak hal
BalasHapusdan itu hanya mimpi :')
HapusDia tidak meninggalkan setangkai bunga matahari untukmu karena ada hal lebih berharga yang dia tinggalkan, kau tahu apa itu? ingatan dan kenanganmu bersamanya, yang akhirnya membuatmu mampu merangkai kenangan menjadi sebuah aksara indah *Tsaaahhh :v
BalasHapusKunjungan pertama, mas. Keren blognya :D
Aku follow back kamu loh (Follback ye. wkwkw)
Kenangan itu, yang pada akhirnya memenjarakan kerinduan ku padanya.. *ikutan tsaaahhh :D*
HapusTerimakasih, semoga betah ya xD
Meluncurr
Waduh... Fiksinya udah jago ini. Gue aja, belum tentu bisa nulis beginian. Tapi, kalo belajar, pasti bisa. :)
BalasHapusAda beberapa paragraf yang emang gue lumayan bingung, seperti dia pergi gitu aja gak ninggalin setangkai bunga. "Kalo dia gak bawa bunga gimana?" :D Maaf, mas. Blogger personal kek saya, banyak becandanya. :D
Terus, ia belalu dibawa padang rumput. Ini diksinya kerena, tapi maknanya masih tanda tanya banget.
Untuk semuanya, keren. :)
Iya sih, mas, saya akui saya nulis diksinya belum terlalu ngena. Masih harus belajar lagi. Hehe
HapusTenang aja, ini juga blog personal, mas. Cuma lagi belajar nulis2 beginian aja. :D
Postingan saya banyak yang nyeleneh kok xD
Thanks buat kritiknya, mas. :)
kadang inspirasi cerita adalah masa lalu kita.... keren mas.
BalasHapusklo senang dengan hujan silahkan mampir ke
htpp://climate4life.blogspot.co.id
Terimakasi. :)
HapusBercerita tentang kenangan memang terkadang selalu menyayat hati, apalagi bertemu dengannya dalam mimpi. ah.
BalasHapusBagus sekali ceritanya Mas Irsyadd, salam kenal :)
terimakasih.. salam kenal kembali :)
Hapuskok jadi sedih ya baca ini......
BalasHapusmari bergembira, mas. :D
Hapusditinggalkan tanpa kabar? bagian paling dasar dari digantungin :")
BalasHapusmencintainya mungkin adalah patah hati yang paling sengaja.
intinya adalah bagaimana rasanya ketika orang yang kita sayangi pergi begitu saja tanpa meninggalkan apa pun untuk kita. hilang begitu saja. *tsahhh
HapusFiksinya bs berpotensi lbh bagus dr ini lho. Gabung di mondayflashfiction.com aja
BalasHapuswah, terimakasih banyak. ada referensi baru nih :)
Hapus